a. Pendudukan Jepang di Indonesia
Anda masih ingat ajaran Shinthoisme tentang “Hakko Ichiu”? Hakko
Ichiu berarti kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran tersebut telah
memberi motivasi bangsa dan pemerintah Jepang untuk membangun masyarakat
dunia di bawah kendali Jepang. Semangat tersebut diaktualisasikan
dalam bentuk melancarkan semangat imperialisme dan ekspansi ke Asia
Tenggara, salah satunya Indonesia.
Anda
tentu masih ingat peristiwa “Perang Pasifik” pada modul 2 yang
lalu. Peristiwa tersebut telah menghantarkan Jepang ke Bumi
Indonesia. (Baca kembali PD II khususnya perang Pasifik). Pada tanggal 8
Maret 1942 panglima tentara Hindia Belanda (Letjen H. Ter P o e r t
e n ) menandatangani piagam penyerahan tanpa syarat di Kalijati
kepada angkatan perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitoshi
Imamura. Sejak saat itu dengan resmi Indonesia berada di bawah
kekuasaan bala tentara Jepang dan Belanda telah kehilangan haknya
atas Indonesia.
Untuk menambah wawasan Anda Silakan simak gambar 1. Setelah menyimak gambar tersebut, perhatikan uraian materi berikutnya.

Untuk
lebih memperkuat ingatan Anda tentang materi perang Pasifik,
silahkan Anda pelajari peta wilayah pendudukan Jepang di Asia.
Buatlah catatan nama kota, wilayah, negara yang diserbu dan dikuasai
dalam buku catatan Anda.

Selanjutnya materi ini akan diuraikan sesuai bidang kajian, agar Anda lebih mudah memahaminya.
b. Aspek politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer
Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal
20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan semua
organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8
September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh
organisasi nasional.
Anda
dapat membayangkan, keluarnya UU tersebut, praktis menjadikan
organisasi nasional yang pada saat itu sedang giat-giatnya
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia harus dilumpuhkan. Anda masih
ingat perjuangan Parindra dan GAPI? Perjuangan Parindra dan GAPI
adalah Indonesia mulia dan sempurna serta berusaha untuk menentukan
nasib sendiri bagi bangsa Indonesia. Parindra berusaha untuk
mempersatukan persepsi/pandangan organisasi pergerakan nasional dengan
cara menggabungkan beberapa organisasi. Sementara GAPI berjuang
untuk mencapai kemerdekaan dengan jalan perjuangan melalui tuntutan
Indonesia berparlemen. Tentu saja perjuangan Parindra dan GAPI akan
membahayakan posisi Jepang yang baru saja menginjakkan kakinya di
Indonesia.
Dalam
rangka menancapkan kekuasaan di Indonesia, pemerintah militer jepang
melancarkan strategi politisnya dengan membentuk gerakan Tiga A.
Gerakan
ini merupakan upaya Jepang untuk merekrut dan mengerahkan tenaga
rakyat yang akan dimanfaatkan dalam perang Asia Timur Raya. Berbagai
propaganda akan dilakukan agar gerakan tersebut sukses dan Indonesia
dapat meyakini bahwa Jepang adalah bangsa Asia yang memiliki
kelebihan dan dapat diharapkan membebaskan Indonesia dari penjajahan
Barat.
Gerakan
Tiga A dalam realisasinya, tidak mampu bertahan lama, karena rakyat
Indonesia tidak sanggup menghadapi kekejaman militer Jepang dan
berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan bahkan jika boleh
mengistilahkan, "masih lebih baik dijajah oleh Belanda daripada
dijajah Jepang". Hal tersebut membuktikan kekejaman militer Jepang
sulit tertandingi.
Ketidaksuksesan
gerakan Tiga A,membuat Jepang mencari bentuk lain untuk dapat
menarik simpati rakyat. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan
kerjasama dengan para pemimpin indonesia untuk membentuk "Putera".
melalui Putera diharapkan para pemimpin nasional dapat membujuk kaum
Nasionalis sekuler dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan
tenaganya demi kepentingan perang melawan Sekutu.
Melihat
peluang untuk melakukan perjuangan secara non kooperasi sulit
dilakukan, akhirnya para pemimpin mencoba memanfaatkan peluang kerjasama
tersebut, dengan harapan Putera dapat menjadi wadah untuk
menggalang prsatuan dan menjadi kekuatan tersembunyi. Paling tidak
Putera akan menjadi wadah untuk melakukan konsolidasi kekuatan
minimal para pemimpin dapat berdialog dengan rakyat melalui
sarana/fasilitas yang dimiliki pemerintah Jepang.
Keberhasilan
organisasi Putera, tidak terlepas dari kemampuan para pemimpin
serta tingginya kepercayaan rakyat Indonesia pada para tokoh nasional
untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Indikasinya dapat Anda lihat
dari kemajuan organisasi Putera sampai ke berbagai daerah dan
kemandirian Putera dalam menjalankan kegiatan operasional tanpa
suntikan dana dari pemerintah Jepang. meskipun Putera tidak mampu
menghasilkan karya konkrit bagi perjuangan pergerakan nasional namun,
dengan adanya Putera mentalitas bangsa Indonesia secara tidak langsung
sudah dipersiapkan untuk dapat memperjuangkan proklamasi
kemerdekaan. Hal serupa dapat Anda lihat pada pembentukan organisasi
militer PETA.
Langkah
pendudukan selanjutnya Jepang membentuk Dinas Polisi Rahasia yang
disebut Kempetai bertugas mengawasi dan menghukum pelanggaran terhadap
pemerintah Jepang. Pembentukan Kempetai ini menyebabkan tokoh-tokoh
pergerakan Nasional Indonesia memilih sikap kooperatif untuk
menghindari halhal yang tidak diinginkan, karena kekejaman Kempetai
yang sangat terkenal.
Diskriminasi politik tentara pendudukan juga diterapkan, untuk
membedakan wilayah Jawa dengan luar Jawa. Untuk pulau Jawa Jepang
bersikap lemah karena pertimbangan jauh dari Sekutu, sementara untuk
luar Jawa sebaliknya mendapat kontrol/pengawasan yang sangat ketat.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
a. Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (ingat Hakko Ichiu?)
b. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
c. Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
d. Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
e. Menarik simpati organisasi Islam MIAI. (ingat modul 3, mengapa MIA tidak dibubarkan?)
f. Melancarkan politik dumping
g. Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
a. Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (ingat Hakko Ichiu?)
b. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
c. Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
d. Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
e. Menarik simpati organisasi Islam MIAI. (ingat modul 3, mengapa MIA tidak dibubarkan?)
f. Melancarkan politik dumping
g. Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain
propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa
pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
a.
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis
sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk
mengabdi kepada Jepang.
b.
Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan
terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita
pusat dan perusahaan).
Penerapan
sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan
kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi.
Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah
yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah.

Setelah
penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka
seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
1. Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan madura dikuasai oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia.
2. Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukit tinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
3.
daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku
dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di
Makassar.
Selain
kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan
perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan
organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen
dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk mempermudah
pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
1.
Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan
Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin
oleh Hitoshi Imamura.
2.
Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan
pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua
puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
3.
Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar)
yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin
Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Dengan
sistem sentralisasi kekuasaan, Jepang mencoba untuk menanamkan
kekuasaan di Indonesia. Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang
terpenting, bahkan jabatan Gubernur Jenderal masa Hindia Belanda
dihapus dan diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
Sementara status pegawai dan pemerintahan sipil masa Hindia Belanda
tetap diakui kedudukannya asal memiliki kesetiaan terhadap Jepang.
Status badan pemerintahan dan UU di masa Belanda tetap diakui sah
untuk sementara, asal tidak bertentangan dengan aturan kesetiaan tentara
Jepang.
Untuk
lebih jelasnya, Anda dapat melihat struktur Birokrasi pemerintahan
Militer dan Sipil pada masa pendudukan Jepang dengan melihat bagan
di bawah ini.
a. Pemerintahan Militer Jepang
b. Struktur pemerintahan sipil pada masa pendudukan Jepang

Dari penjelasan di atas, tentang kebijakan pemerintah militer Jepang di bidang politik dan birokrasi dampak yang dirasakan bangsa Indonesia antara lain terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke militer, terjadi mobilitas sosial vertikal (pergerakan sosial ke atas dalam birokrasi) dalam masyarakat Indonesia. Sisi positif yang dapat Anda ketahui, bangsa Indonesia mendapat pelajaran berharga sebagai jawaban cara mengatur pemerintahan, karena adanya kesempatan yang diberikan pemerintah Jepang untuk menduduki jabatan penting seperti Gubernur, dan wakil Gubernur, Residen, Kepala Polisi.
Coba cek pemahaman Anda dengan pertanyaan berikut:
1. Apa alasan Jepang mengangkat orang Indonesia dalam jabatan penting?
2. Pelajaran apa yang dapat Anda tarik dari sistem pemerintahan yang disusun Jepang untuk Indonesia?
1. Apa alasan Jepang mengangkat orang Indonesia dalam jabatan penting?
2. Pelajaran apa yang dapat Anda tarik dari sistem pemerintahan yang disusun Jepang untuk Indonesia?
c. Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi.Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan
ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin
perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan
perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat
titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang.
Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta
kemiskinan meningkat drastis.
2) Jepang
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi
pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada
penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga
untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh,
kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh,
kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan
perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas
pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
3) Menerapkan
sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat
beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini
jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.
4) Pada
tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga
tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk
mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan
pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo
Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Dampak
dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30%
untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya.
Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja
menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir
di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka
kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai
224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang
dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan
makanan hewan seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
5) Sulitnya
pemenuhan kebutuhan pangan semakin terasakan bertambah berat pada saat
rakyat juga merasakan penggunaan sandang yang amat memprihatinkan.
Pakaian rakyat compang camping, ada yang terbuat dari karung goni yang
berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari karung tersebut. Adapula
yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai penutup.
Demikian
bentuk praktek-praktek eksploitasi ekonomi masa pendudukan Jepang,
yang telah begitu banyak menghancurkan sumber daya alam, menimbulkan
krisis ekonomi yang mengerikan dan berakhir dengan tingginya tingkat
kematian seperti yang terjadi juga pada bidang sosial di bawah ini,
khususnya pergerakan sosial yang dilakukan pemerintah Jepang dalam
bentuk Kinrohosi atau kerja bakti yang lebih mengarah pada kerja
paksa untuk kepentingan perang.
Luasnya
daerah pendudukan Jepang, menyebabkan Jepang memerlukan tenaga kerja
yang sebanyak-banyaknya untuk membangun sarana pertahanan berupa
kubu-kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan
raya dan jembatan. Tenaga untuk mengerjakan semua itu, diperoleh
dari desa-desa di Jawa yang padat penduduknya melalui suatu sistem
kerja paksa yang dikenal dengan Romusha. Romusha ini dikoordinir
melalui program Kinrohosi/kerja bakti. Pada awalnya mereka melakukan
dengan sukarela, lambat laun karena terdesak perang Pasifik maka
pengerahan tenaga diserahkan pada panitia pengerah (Romukyokai) yang
ada di setiap desa. Banyak tenaga Romusha yang tidak kembali dalam
tugas karena meninggal akibat kondisi kerja yang sangat berat dan
tidak diimbangi oleh gizi dan kesehatan yang mencukupi. Kurang lebih
70.000 orang dalam kondisi menyedihkan dan berakhir dengan kematian
dari ± 300.000 tenaga Romusha yang dikirim ke Birma, Muangthai,
Vietnam, Malaya dan Serawak. (buku Sejarah kelas II Bumi Aksara).
Kondisi
sosial yang memprihatinkan tersebut telah memicu semangat
Nasionalisme para pejuang Peta untuk mencoba melakukan pemberontakan
karena tidak tahan menyaksikan penyiksaan terhadap para Romusha.
Praktek
eksploitasi/pengerahan sosial lainnya yang dapat Anda ketahui adalah
bentuk penipuan terhadap para gadis Indonesia untuk dijadikan wanita
penghibur ( Jung hu Lanfu) dan disekap dalam kamp tertutup. Para
wanita ini awalnya diberi iming-iming pekerjaan sebagai perawat,
pelayan toko, atau akan disekolahkan, ternyata dijadikan pemuas
nafsu untuk melayani prajurit Jepang di kamp-kamp: Solo, Semarang,
Jakarta, Sumatera Barat. Kondisi tersebut mengakibatkan banyak gadis
yang sakit (terkena penyakit kotor), stress bahkan adapula yang
bunuh diri karena malu. (Sebagai gambaran Anda masih ingat film
“Romusha” dengan latar belakang penjajahan Jepang).
Adapun
kebijakan pemerintah Jepang di bidang sosial yang dapat dirasakan
manfaatnya seperti pembentukan Tonarigami (RT), satu RT ± 10 - 12
kepala keluarga. Pembentukan RT ini bertujuan untuk memudahkan
pengawasan dan memudahkan dalam mengorganisir kewajiban rakyat serta
memudahkan pengawasan dari pemerintah desa.
Perubahan
sosial dalam masyarakat Indonesia terjadi pada masa pemerintahan
Jepang berupa diterapkannya sistem birokrasi Jepang dalam pemerintahan
di Indonesia sehingga terjadi perubahan dalam institusi/lembaga
sosial di berbagai daerah (lihat struktur pemerintahan desa/sipil).
Kini,
Anda telah dapat mengetahui informasi kondisi politik - ekonomi dan
sosial bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Untuk lebih
luas pemahaman Anda, silahkan Anda kaji materi di bawah ini yang khusus
membahas aspek kebudayaan.
d. Aspek kebudayaan
Kebijakan
yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah
menghilangkan diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh
mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa Belanda, Anda tentu masih
ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat pribumi
hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik)
tidak memiliki kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang
dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat:
1. Kulit putih (Eropa)
2. Timur Aing (Cina, India dll)
3. Pribumi
1. Kulit putih (Eropa)
2. Timur Aing (Cina, India dll)
3. Pribumi
Pola
seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari
lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga
menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6
tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih diterapkan
oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk
warisan Jepang.
Satu hal
yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem
pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk
kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar
kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula
dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda.
Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang
diadakan.
Dengan
melihat kondisi tersebut, Anda akan mendapatkan dua sisi, yaitu
kelebihan dan kekuarangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada
masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara pada masa
Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan
kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan
guru.
Diskusikan dengan teman, orang tua/siapa saja di lingkungan Anda yang diperkirakan dapat memberi informasi:
1. Penjajah Belanda dalam hal pendidikan lebih bersifat memecah belah dan diskriminasi.
Coba apa alasannya.
2. Pendidikan Jepang misalnya bidang militer seperti PETA apakah benar-benar tulus? Jelaskan.
1. Penjajah Belanda dalam hal pendidikan lebih bersifat memecah belah dan diskriminasi.
Coba apa alasannya.
2. Pendidikan Jepang misalnya bidang militer seperti PETA apakah benar-benar tulus? Jelaskan.
Kondisi
di atas tidak terlepas dari target pemerintah Jepang melalui
pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori
dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya, namun
dengan jalan yang salah, karena harus melalui peperangan Asia Timur
Raya.
Satu hal
yang paling menarik untuk Anda cermati adalah pemaksaan yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa
melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang dipercayai
sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem
penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap
Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini,
biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ( kimigayo) .
Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini,
khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat
Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa,
seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa
ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Ada hal
yang dapat Anda ketahui dari kebijakan pemerintah Jepang di bidang
budaya yakni berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal melalui
kinrohosi/ tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia. Adanya
tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas.
Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melaui semangat Bushido
(semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek
militer).
e. Aspek Kehidupan Militer
Pada
aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang
dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin
terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki
tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik
dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini
disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia - Pasifik)
semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada
pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang
(Agustus ’42 - Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan
jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik
(Agustus 1943).
Situasi
di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai
tenaga potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi
Sekutu.
Di bawah ini Anda akan mempelajari bentuk-bentuk barisan militer yang dipersiapkan oleh Jepang antara lain:

a. 9
Maret 1943 didirikan gerakan Seinendan (Barisan Pemuda). Pelantikannya
dilakukan 29 April 1943, dengan anggota ± 3500 pemuda. Tujuannya untuk
melatih dan mendidik para pemuda, agar mampu menjaga dan mempertahankan
tanah air dengan kekuatan sendiri. Persyaratan untuk menjadi Seinendan
adalah: pemuda berusia 14 - 23 tahun.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda. Simaklah gambar 4 diatas, selanjutnya simak uraian materi berikutnya!
b. Pembentukan Barisan Pelajar ( Gokutai) untuk pelajar SD - SLTA, seperti t erlihat pada gambar berikut ini:

c. Pembentukan
Barisan bantu Polisi ( Keibodan), dengan syarat yang lebih ringan dari
Seinendan, usia yang diprioritaskan ± 23 - 25 tahun. Untuk Keibodan ini
ada keharusan untuk setiap desa (ku) yang memiliki pemuda dengan usia
tersebut dan berbadan sehat wajib menjadi Keibodan. Sistem pengawasan
Keibodan ini diserahkan pada Polisi Jepang. Ada beberapa istilah
Keibodan sesuai dengan wilayah atau daerahnya seperti di Sumatera
disebut dengan Bogodan sedangkan di daerah Angkatan Laut, khususnya di
Kalimantan disebut dengan Borneo Konon Hokokudan dengan jumlah pasukan ±
28.000 orang.
d. Pembentukan
barisan pembantu Prajurit Jepang ( Heiho) April 1943. Anggota Heiho
adalah pemuda berusia ± 18 - 25 tahun, dengan pendidikan terendah SD.
Mereka akan ditempatkan langsung pada angkatan perang Jepang (AL - AD).
Walaupun berstatus pembantu prajurit tetapi mereka dilatih untuk mampu
menggunakan senjata dan mengoperasikan meriam-meriam pertahanan udara.
Bahkan saat perang semakin hebat mereka diikutsertakan bertempur ke
front di Solomon dan tempat lain. Disinilah para pemuda kita mendapat
tempat latihan militer yang sesungguhnya dengan kemampuan yang tinggi.
e. Pembentukan
Barisan Semi Militer khusus direkrut dari golongan Islam dengan nama :
Hizbullah (Tentara Allah) diantaranya tokoh Otto Iskandinata dan Dr.
Buntaran Martoatmojo
.f. Pembentukan
Pasukan Pembela Tanah Air ( PETA) tanggal 3 Oktober 1943 dilakukan oleh
Letjen Kumakici Harada melalui Osamu Seiri no. 44 yang mengatur tentang
pembentukan PETA. Pembentukan PETA ini, Jepang bercermin dari Perancis
saat menguasai Maroko dengan memanfaatkan pemuda Maroko sebagai tentara
Perancis.Secara khusus penjelasan tentang PETA, akan lebih diperluas,
karena peranan anggota PETA ini sangat besar dalam upaya memperjuangkan
kemerdekaan dan mempertahankannya. Disinilah inti dari kekuatan militer
RI nantinya (sering diistilahkan dengan embrio dari TNI).
g. Pembentukan Jawa Hokokai
Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah buruk. Satu persatu wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan langsung mulai diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada tanggal 9 September 1944 PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan untuk Indonesia di kemudian hari. Janji ini semata-mata untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tetap setia membantu perjuangan militer Jepang dalam menghadapi Sekutu. Beberapa hari sesudah janji kemerdekaan dibentuklah Benteng perjuangan Jawa ( Jawa Sentotai) ini merupakan badan perjuangan dalam Jawa Hokokai, bahkan organisasi lainpun dibentuk seperti Barisan Pelopor ( Suisyintai) dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Buntaran Martoatmojo.
Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah buruk. Satu persatu wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan langsung mulai diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada tanggal 9 September 1944 PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan untuk Indonesia di kemudian hari. Janji ini semata-mata untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tetap setia membantu perjuangan militer Jepang dalam menghadapi Sekutu. Beberapa hari sesudah janji kemerdekaan dibentuklah Benteng perjuangan Jawa ( Jawa Sentotai) ini merupakan badan perjuangan dalam Jawa Hokokai, bahkan organisasi lainpun dibentuk seperti Barisan Pelopor ( Suisyintai) dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Buntaran Martoatmojo.
Melalui
bentuk-bentuk pelatihan militer di atas, Anda akan dapat memahami
sisi positif dan negatif yang dapat dirasakan para pemuda Indonesia.
Para pemuda kita tidak hanya dilatih kemampuan dan keterampilan
militernya dalam menggunakan senjata tetapi sikap dan mental
merekapun tanpa sadar dibentuk dengan suatu semangat Bushido (sikap
para ksatria militer Jepang) baik disiplin, keuletan/daya juang yang
tinggi, kerja keras, jujur dan berani menghadapi tantangan serta
memiliki tanggung jawab.
Sikap
mental yang seperti ini akan menjadi kekuatan tersendiri dari para
pemuda Indonesia dalam menghadapi kekejaman tentara Jepang seperti
dalam pemberontakan PETA. Di sisi lain akan menjadi bekal dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghadapi tentara Sekutu, baik
yang tergabung dalam laskar-laskar rakyat maupun yang akan menjadi
tentara Inti Republik Indonesia. Seperti terlihat pada gambar 6
berikut ini.

Bagaimana
dampak negatifnya? Anda tentu sudah dapat membayangkannya bagaimana
bentuk eksploitasi (pengerahan) fisik terjadi, baik pada saat pelatihan
maupun sesudah menjadi Tentara Sukarela yang dikirim untuk
berperang. Mereka yang berada pada usia produktif (aktif 20 - 40
tahun) harus berjuang dengan taruhan nyawa demi membela kepentingan
bangsa lain. Sementara bagi mereka yang tidak terjun langsung ke
medan juang, tenaga mereka dipersiapkan untuk menyediakan fasilitas
perang mulai dari perlengkapan fisik sampai pada penyediaan
logistik/bahan makanan untuk tentara.
Dari
uraian materi di atas, Anda tentunya sudah mendapatkan gambaran yang
jelas bagaimana pemerintah Jepang membuat kebijakan pemerintah
untuk mempertahankan jajahannya, yang kesemuanya tidak terlepas dari
praktekpraktek eksploitasi terhadap bangsa Indonesia.
Sebagai
langkah selanjutnya Anda dapat mengerjakan latihan soal berikut ini,
untuk mengukur tingkat pemahaman Anda terhadap uraian materi modul
yang telah anda pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar